Sudah lama saya tidak latihan teater, baik sendirian maupun bersama teman-teman. Latihan vokal, artikulasi, akspresi, gesture, apalagi sampai proses penggarapan. Hal-hal tersebut membuat saya rindu sebenarnya. Selain karena badan saya menjadi kaku (karena tidak pernah olah raga dan tidak pernah diolah) saya kesulitan mengatasi apa yang terus berkelebat di kepala saya. saya ingin, sekali waktu, main teater lagi, tidak mesti naskah panjang, sekedar perform art saja, bagi saya, itu cukup. Tetapi, kesempatan belum menghampiri saya. Ah, atau mungkin telah ada tetapi saya tidak mengambilnya? Bisa jadi.
Saya ingat masa-masa ketika saya masih berdarah-darah dengan teater, di kelompok teater saya. Dalam kurun waktu empat tahun, barangkali, orang-orang terdekat saya, ibu bapak di rumah, kakak ponakan, tetangga, teman-teman kos, teman-teman SMA, teman-teman kuliah, merasa saya abai dengan banyak hal selain teater. Seolah telah menyita seluruh waktu saya. Padahal, tidak begitu-begitu amat, tetapi, hmm, memang tidak mudah membagi waktu, bukan? Karena itu, setelah saya lulus kuliah, saya berpikir akan benar-benar kehilangan itu. Memang iya mulanya, tetapi ternyata, saya tidak menyadari bahwa sebenarnya Tuhan memberikan jalan kepada saya, untuk tidak benar-benar terlepas dari itu. Satu tahun di tempat kerja yang lama, saya memang benar-benar vakum pada seni teater, tahun kedua setelah lulus, saya pindah kerja, dan disinilah, ternyata, saya seperti bernostalgia dengan yang saya anggap sudah hilang itu. Beberapa kali kepala sekolah saya meminta saya untuk membuat cerita kemudian digarap, atau sekedar untuk perform bercerita individu (meski tak jarang pula saya mengeluh karena kadang waktu yang diberikan ndadak padahal proses tidak bisa instan, bukan? Apalagi dengan anak-anak).
Ada hal menarik yang tidak saya sadari pula, ada banyak hal, yang tidak saya temukan sebelum ini. Berproses bersama anak-anak, harus berteriak-teriak karena kadang mereka rame sendiri, memperagakan gerakan berulangkali, melatih mangap-mangap untuk olah vokal dan pernafasan, dan lain-lain, membuat saya tercengang ketika suatu hari saya membaca puisi dan betapa lega suara saya, pembacaan tidak plitat-plitut, dan lain-lain. Saya kaget. Dan akhirnya saya tahu, melalui ini, Tuhan memberi kesempatan saya untuk latihan lagi, untuk tidak melupakan banyak hal lagi. Lebih dari itu, semangat dan ide-ide mengejutkan dari mereka, membuat saya mendapatkan pelajaran lebih banyak dari yang saya kira sebelumnya.
Selamat bertemu, anak-anak Al Azhar, selamat menikmati proses.... :)
Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar