“Ada yang mau kamu ceritakan?"
“Tidak.”
“Sungguh?”
“Sungguh.”
“Ada yang mau kamu tanyakan?”
“Tidak.”
“Ya, sudah. Kamu boleh keluar. Kenapa masih di sini?? Ada yang bisa
Ibu bantu?”
“Mungkin.”
“Katakan apa yang ingin kamu katakan.”
“Sulit.”
“Kamu ada apa?”
“Tidak apa-apa.”
“Kenapa murung? Tidak tahu? Lalu Ibu bisa bantu apa kalau begini?”
“Tidak tahu.”
“Ya, sudah, duduk kalau mau duduk, keluar jika sudah bosan.”
“Ibu mau ke mana?”
“Saya ada kerjaan.”
“Bisa Ibu duduk sebentar?”
“Tidak jika kamu membuat saya bingung.”
“Saya mau curhat.”
“Ya. Ibu dengarkan.”
“Hmm, tapi Ibu jangan bilang-bilang.”
“Iya, Saya tidak bilang-bilang.”
“Ibu janji?”
“Kalau kamu tidak percaya tidak usah dikatakan.”
“Ya. Saya percaya.”
“Ya, sudah, saya akan mendengarkan.”
“Saya jatuh cinta.”
“....”
“Saya jatuh cinta.”
“Oh, sama siapa?”
“Seseorang.”
“Siapa?”
“Hmm, Ibu janji ya, hmm, saya takut.”
“Kenapa?”
“Saya takut Ibu marah.”
“Tidak.”
“Janji?”
“Ya.”
“Hmm, saya benar-benar takut.”
“Ya, sudah, Ibu pergi.”
“Saya takut Ibu bilang ke teman-teman. Saya takut Ibu bilang ke
orangnya.”
“TIDAK.”
“Dia bilang dia sudah tidak cinta lagi pada saya.”
“Lagi?”
“Ya, kami sempat pacaran.”
“Pacaran?”
“Dua minggu.”
“Sebentar sekali.”
“Ya. Dia plin-plan. Dia yang nembak saya.”
“Oh.”
“Lalu saya terima karena memang suka.”
“Tidak ada pertimbangan lain?”
“Saya tidak mau mikir-mkir lagi, pokoknya suka.”
“Oh. Terus?”
“Ya kami pacaran.”
“Sering ketemu?”
“Ya. Tapi di kelas.”
“Di kelas?”
“Dia teman sekelas.”
“Siapa?”
“Boleh cerita dulu?”
“Silakan.”
“Kami tidak pernah ketemu di luar sekolah.”
“Oh.”
“Cuma SMS-an.”
“Oh.”
“Telepon, jarang.”
“Oh.”
“Dan tiba-tiba, dia menghilang.”
“Kenapa katanya?”
“Kan tadi udah bilang.... Gimana sih Ibu....”
“Dia langsung bilang gitu?”
“Ya enggak, dia bilang minta break.”
“Mungkin dia capek.”
“Hmm, saya kan gak bikin dia capek.”
“Hmm, kan baru mungkin.”
“Ya. Dia bilang btuh waktu untuk tenang.”
“Kamu bikin dia gak tenang mungkin.”
“Ibu?”
“Baru mungkin....”
........................
“Sekarang saya galau berat.”
“Kenapa?”
“Kok kenapa, Bu?”
“Ya siapa tahu ada kemungkinan lain.”
“Di kelas saya gak bebas. Di rumah saya gak bebas. Makan gak bebas.
Minum gak bebas. Ah, pokoknya hidup ini jadi tak enak. Bu, Bu... Kenapa
Ibu melamun??”
Boja, September 2013