Rabu, 24 Juli 2013

Cerita Pendek yang Benar-Benar Pendek

Malam ini aku mendengar percakapanmu dengan perempuan itu. Harusnya kau jangan bodoh dengan mengeraskan volume suara saat telepon. Kau lupa aku selalu mengunjungimu malam-malam begini?

Bukan niat tak ingin masuk ke kamarmu begitu saja. namun suaramu yang nyaring dan riang itu menahanku untuk berdiri dulu di depan pintu, mengatur napas, dan menyiapkan kalimat apa yang ingin kutanyakan padamu. Atau aku akan diam saja?

Lampu di luar kamar kontrakanmu sangat redup. Aku kesulitan menangkap bayanganku sendiri. Sehingga aku tak menyadari ketika ternyata kau sudah ada di pintu dan terkejut melihatku. Kenapa? Ah, aku lebih terkejut lagi. Siapa sesungguhnya yang musti tak enak hati?

Lalu kau mengajakku masuk ke kamarmu. Meletakkan handphone buru-buru. Aku sangat gugup. Sedangkan kau Cuma berdiri di depan cermin dan mengacak-acak rambutmu sendiri.

“Keren tidak?” tanyamu.

Aku belum bisa menjawab karena bingung harus mengatakan apa. Dadaku ngilu.

“Kok diam saja?” tanyamu lagi. Aku tersenyum. “Sakit?”

“Iya, sakit.”

“Sakit apa? Kok gak crita?”

Bagian mana yang perlu diceritakan? Harusnya aku yang mengatakan itu, bukan?

“Tadi.. Clara, ya?”

“Oh, iya. Kamu dengar?” aku rasa kau sedang pura-pura bahwa aku tak mengetahui apapun.

“Ya.”

“Bagian mana?”

“Aku lupa. Tapi aku mengerti.”

“Mengerti apa?”

“Harusnya kamu jujur padaku.”

“Maksudnya?”

Aku melepas tas yang masih tergantung di pundak kananku. Lalu berbaring. Memejamkan mata. Aku tahu kau bingung. Dan kau tak berkata apa-apa lagi padaku.


***


“Selamat pagi..., iya aku sudah bangun. Ah, kau, membuatku tersenyum saja. sana cepat mandi, lalu berangkat kerja, jangan lupa berdoa ya.. haha, kalau itu jangan kau minta padaku, aku tak terbiasa berdoa.”

Pagi ini aku mendengar lagi percakapanmu dengan perempuan itu. harusnya kau jangan bodoh dengan tak beranjak saat telepon, meski dengan suara lirih. Kau lupa aku menginap di kamarmu malam ini? Kau tak tahu aku sudah membuka mata sebelum kau menerima telepon itu.


***


Pukul 09.00.

“Kamu sudah bangun, Nin?”

“Sudah sejak tadi jam 6.”

“Kok gak bangunin aku?”

“Kayanya kamu kelelahan.” Jawabku sambil tersenyum. Bukankah sudah ada yang membangunkanmu pukul 5 tadi?

“Ini kopi buatku?”

“Ya.”

Kau beranjak dari tempatmu tidur, lantai yang beralas karpet, sebab kasurmu aku kuasai semalam.

“Makasih ya, Sayang. Kamu baik sekali.” ucapmu sembari menyentuh rambutku.

“Aku mau pulang.”

“Lho?”

“Aku ada kuliah.”

“Bukannya ini Sabtu?”

“Ada tambahan.”

“Tumben.”

“Pulang dulu ya.”

Aku beranjak dari sampingmu, mengambil tas dan menuju pintu.

“Nin.. Kamu baik-baik saja?”

“Kamu lebih tau.”

Lalu aku pergi. Pintu kau tutup. Handphonemu tiba-tiba berbunyi. Suara telepon. Entah dari siapa.


Boja, 26 Maret 2012 23.59

Tidak ada komentar:

Posting Komentar