Jumat, 23 Mei 2014

selamat datang, eskapis!




Hai, selamat ya, saya senang kamu sudah lahir.. eh, ralat, bahagia, ya, bahagia dan senang entah apa yang membedakannya, yang jelas, saya berbahagia melihatmu muncul di antara jutaan buku yang ada.

Penulis yang melahirkanmu pernah berkata kepada saya, bahwa sesekali (tetapi menurut saya seringkali) ia pernah berkata kepada orang-orang yang hidup tumpang tindih dalam tubuhnya; sodara-sodara, aku akan dan biasanya selalu bisa mewujudkan mimpi-mimpiku, katanya. Mirip juru kampanye barangkali. Ya, saya bisa membayangkannya. Kamu juga, kan?

Kamu pasti tahu perjalanan penulismu tak pendek, sejak entah tahun berapa, yang jelas jauh sebelum saya mengenalnya, ia sudah begitu rajin menulis, bahkan hampir di setiap biografinya selalu tertulis bahwa ia jatuh cinta pada membaca dan menulis sejak SD. Wih, lama sekali, bukan? Saya hanya bisa melacak tulisan-tulisannya yang ia simpan rapi di blog pribadinya, blog pribadi yang menyimpan banyak sekali tentangnya, terlebih masa lalunya.

Bagaimana perasaanmu? Senang? Ya, tentu saja. Saya sudah menerka itu. Kelahiranmu tentu sudah berputar-putar dan terus memantul di pikirannya sejak lama. Saya ingat kali pertama mendengar namamu, kali itu saya sedang perjalanan malam menggunakan sepeda motor dengannya, ketika melewati jalan Magelang menuju Ngrancah, (entah saat itu kami membicarakan apa) sembari menakut-nakuti saya karena jalanan sangat sepi dan ngeri, tiba-tiba ia menyebut namamu dengan nada suara yang pelan namun amat girang. Ya, saya tahu ia amat girang menyebutmu. Dengan nada suara yang penuh dengan harapan dan keinginan. Nada suara yang tenang namun siapapun mampu menerka bahwa yang ia ucapkan tak sama dengan asap rokok yang mudah hilang.

Tentu saja, saya ucapkan selamat berkali-kali, sampai kamu bisa menghafal nada suara saya, sampai kamu bisa menghafal tarikan napas saya ketika mengucapkannya. Saya ingin memelukmu seerat-eratnya, dan barangkali, saya tak ingin tahu bagaimana cara melepaskannya.

Salam hangat dan rindu yang dalam untuk penulismu. Saya tahu ia masih akan terus menulis. Meski, kata-kata terkadang lebih menakutkan dari hari kiamat yang sering saya dengar dari guru ngaji saya, namun saya akan terus menunggunya. Membacanya semampu saya.

-Big Hug and Kiss-


Boja, Juni 2014




"Kau  tetap yakin  di  dunia yang  nyaris  tak nyata  ini  orang-orang akan pulang  membawa diri  mereka  berjalan membungkuk memikul kepala  berisi  padat—kaku penyesalan milikku." (Arif Fitra Kurniawan)